Jumat, 02 November 2018

Prinsip-Prinsip Kesadaran Manusia


Prinsip-Prinsip Kesadaran Manusia

Berbica Pendidikan dan Pengajaran, Ki Hajar Dewantara memiliki prinsip-prinsip kesadaran manusia. Antara lain yaitu tetep-antep-mantep, momong-among-ngemong, ngandel-kendel-bandel, ningnang-ning-nung. Prinsip kesadaran manusia harus meraih cita rasa tetep-antep-mantep. Orang yang memiliki ketetapan atau tetep yang kuat memiliki bobot yang tidak lemah sehingga produksi menjadi mantep sehingga ketika disampaikan kepada orang lain menjadi berbobot. Apabila sesorang memiliki keyakinan yang kuat dasar yang kuat maka akan memiliki bobot atau kekuatan terhadap apa yang disampaikan kepada orang lain. Sehingga orang lain yang menerima akan manteb terhadap apa yang di dapatkannya. Sebaliknya jika tidak atau kurang memiliki keyakinan yang kuat atau tetep maka yang disampaikannya juga tidak akan berbobot tidak dapat berpengaruh terhadap pendengar.
Kesadaran manusia lahir dari kesadaran diri sendiri. Dari kesadaran diri sendiri maka akan mengenal Tuhannya. Di era sekarang banyak yang belum memiliki kesadaran diri sendiri yang berakibat menuhankan dirinya sendiri. Berbuat sesuai dengan keinginannya tanpa menyadari yang dilakukan merupakan hal yang benar atau salah. Banyak kasus yang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan orang lain seperti guy, lesbian, LGBT dan lain sebagainya. Mereka bertindak berataskan hak sebagai manusia. Berbuat sebebas-bebasnya tanpa ada batasan tanpa ada kesadaran diri. Berpegangan dengan HAM yang sekarang di dewa-dewakan di Indonesia. Menurut Bapak Aniq, HAM merupakan produk ateis yang tidak percaya dengan Tuhan. Mereka menciptakan HAM dengan berkedok melindungi hak-hak manusia. Menurut saya hal itu sangat berhubungan erat. Jikalau HAM merupakan produk dari ateis yang tidak percaya akan Tuhan lantas perilaku-perilaku yang menyimpang seperti diatas merasa menang dengan berpegangan dengan dengan HAM bahwa mereka mempunyai hak, disitulah kesadaran diri sendiri hilang. Mereka sudah tercuci otaknya sehingga tidak lagi mengenali diri sendiri, tidak lagi memiliki kesadaran diri. Sedangkan dari kesadaran diri sendiri itulah maka akan mengenal Tuhannya. Mereka dibuat untuk tidak mengenal Tuhannya. Seperti kaum ateis yang tidak percaya Tuhan. Bahwa apa yang di katakan oleh Bapak Aniq saya rasa benar bahwa HAM merupakan produk dari ateis. Banyak kasus mengenai seorang Guru yang dilaporkan polisi akibat kasus penganiayaan terhadap siswa. Karna berdalilkan HAM, anak yang menerima sedikit kekerasan atau merupakan bentuk kedisiplinan yang dilakukan oleh guru mengadu kepada orang tua yang selanjutnya orang tua tidak terima anaknya menerima kekerasan dan berakhir guru dilaporkan ke polisi atas tuduhan kekerasan terhadap anak. Anak zaman milenial yang sudah terpengaruh dengan gadget memiliki sifat yang manja, tidak takut dengan orang yang lebih tua. Pada zaman dulu anak yang mendapat hukuman dari guru mereka akan sangat takut bahkan lebih keras dari yang diterima anak sekarang. Anak zaman dulu ketika mendapat hukuman dari guru kemudian mengadu dengan orang tua justru akan di marahi oleh orang tuanya tidak akan mendapatkan pembelaan sama sekali. Berbeda dengan sekarang, anak yang mengadu ke orang tua kemudia orang tua tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu dan melaporkan pihak guru ke polisi, anak tersebut akan merasa bangga, merasa puas karna sudah mendapat pembelaan. Nah inilah produk dari HAM, seseorang akan menuhankan dirinya sendiri. Bertindak sebebasnya tanpa ada batasan-batasan. Berlaku sesuai dengan keinginannya tanpa mengenali dirinya sendiri. Melakukan hal-hal yang menurutnya itu benar, menuruti nafsunya tanpa berfikir sehat. Mereka berfikir dan melakukan hal tersebut dengan tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Sehingga mereka tidak dapat mengenali diri sendiri.   
Link teman-teman 7D :
1. Aushof
2. Yuliana
3. Desy
4. Estima 
5. Andita
6. Rista 
7. Farida
8. Ardian
9. Intan
10. Dwi Novita
11. Ika
12. Putri
13. Julian
14. Nuril
15. Tegar Dheka
16. Dhita
17. Vita
18. Ivan
19. Istikholah
20. Lisa
21. Izmia
22. Nidha
23. Ahmad Sholeh
24. Nurul K
25. Riska
26. Deodora
27. Anggita
28. Rischa 
29. Fida
30. Nurul A
31. Mar'atush S.
32. Dhanang
33. Elisa
34. Garda

Kamis, 18 Oktober 2018

MENGENALI DIRI SENDIRI


Kesadaran Diri Sendiri

            Pada hari Selasa 16 Oktober 2018 di perkuliahan Filsafat Pendidikan membahas mengenai mengenali diri sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantara manusia adalah titah Tuhan atas raga kasar dan raga halus atau raga jasmani dan raga rohani. Raga jasmani dan raga rohani merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisah. Dengan demikian perlunya mengenali diri sendiri. Kesadaran pengelolaan atau tarbiyah lahir dari kesadaran diri sendiri. Dari kesadaran diri sendiri itulah sesorang akan mengenal Tuhan-nya. Mengenali diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Seseorang akan lebih mudah mengenali orang lain dari pada dirinya sendiri. Untuk itu perlu rasa kesadaran untuk mengenali dirinya sendiri. Mengenali raga jasmani dan raga rohani.
            Seseorang memiliki personalitas untuk dikenali oleh orang lain, misalnya nama, tempat tinggal, status, tanggal lahir dan lain sebagainya. Selain itu, seseorang juga memilki identitas. Identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, etnis, budaya, dan proses sosial. Selain itu juga merupakan persepsi orang lain terhadap diri kita. Dengan demikian personalitas dengan identitas merupakan sesuatu yang berbeda. Orang lain bisa mengenali diri kita dari personalitas dan identitas kita. Namun sangatlah tidak mudah untuk kita mengenali diri kita sendiri.
            Diri merupakan Dzat yang memiliki sifat, asma, dan affal. Asma merupakan realita yang terjadi. Sedangkan affal merupakan suatu tindakan. Sifatnya misalnya sabar, asmanya adalah penyabar, dan affalnya adalah bersabar. Sesorang melihat orang lain dengan urutan dari bawah yaitu affal yang kemudian asma, selanjutnya sifat. Pertama seseorang akan melihat tindakan yang dilakukan. Setelah melihat tindakan baru akan mengetahui asmanya atau realita, yang kemudian baru mengetahui sifatnya. Sangatlah mudah untuk mengenali orang lain. Namun sangatlah susah untuk mengenali diri sendiri. Untuk itu perlu di tumbuhkan rasa kesadaran diri sendiri agar dapat mengenali Tuhan-nya.

Kamis, 04 Oktober 2018

Tokoh Indonesia


Tokoh Pendidikan dari Indonesia

Bangsa yang dibuat lupa atau Bangsa yang lupa? Yang pasti Bangsa ini sudah lupa akan mempunyai sosok hebat yang berperan penting dalam dunia pendidikan. Pada pertemuan perkuliahan Filsafat Pendidikan pada tanggal 2 Oktober 2018 membahas mengenai tokoh yang berperan pentig dalam dunia pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat merupakan nama asli Ki Hajar Dewantara. Nama asli yang di ganti dengan Ki Hajar Dewantara memiliki tujuan untuk menyembunyikan indentitas dari Ki Hajar Dewantara.
Berbicara mengenai dunia pendidikan, banyak sekali yang berperan didalamnya. Sedikit cerita, di Indonesia sendiri seseorang yang memiliki gelar profesor enggan untuk mengajar di TK/PAUD. Sedangkan di Finlandia, seorang profesor bisa terjun ke TK/PAUD sebagai kepala. Gelar profesor hanya sebagai akademik. Profesor di Finlandia yang terjun ke dunia pendidikan berfikir dengan menggunakan filsafat dari Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara pernah menjadi guru di Finlandia. Dari kejadian tersebut Ki Hajar Dewantara menjadi titik balik atau poros. Namun dewasa ini, di Indonesia justru belajar atau meniru pendidikan di Finlandia. Seharusnya Indonesia datang ke Finlandia untuk sekedar melihat guru yang mengajar bukan meniru atau belajar dari guru finlandia. Indonesia dibuat lupa akan memiliki sosok hebat dalam dunia pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara. Seharusnya kita bangga mempunyai orang seperti Ki Hajar Dewantara.
Bangsa Indonesia merdeka pada tahun 1945. Apa kaitannya pendidikan dengan kemerdekaan? Pendidikan nasional lahir dari rasa kemerdekaan. Menurut Cak Nun, kemerdekaan adalah memahami keterbatasan atau batas-batas. Kemerdekaan diibaratkan seperti pemain bola. Pemain bola itu bebas memainkan bola tetapi berada di lapangan yang mempunyai garis batas, mempunyai 2 gawang, hanya ada 1 bola, dan terdapat wasit yang mengatur berjalannya permainan sepak bola. Yang artinya sebebas-bebasnya tetapi ada batasannya. Seperti halnya manusia, manusia diciptakan sebagai makhluk yang terbatas, makhluk bagian, maka cara berfikir jangan sampai memutlakkan sesuatu. Menurut Ki Hajar Dewantara, manusia merdeka adalah manusia yang lahir tidak bergantung dengan orang lain tetapi berdiri sendiri. Macam-macam merdeka menurut Ki Hajar Dewantara yaitu berdiri sendiri, tidak bergantung dengan orang lain, dapat mengatur diri sendiri.

Link Filsafat Pendidikan Kelas 7D
1. Aushof
2. Danang
3. Yuliana Puspitasari
4. Rista Kharisma
5. Ivan Zhayoga
6. Anditasari
7. Riska Safitri
8. Farida W.
9. Ardian P.
10. Dwi Novitasari
11. Istikholah
12. Lisa Ariana Dewi
13. Intan Nurma
14. Garda P.
15. Dhita F.S
16. Nidha N.L
17. Mas Amah T.I
18. Nur Afidah
19. Hanif Faizah
20. Julian Indah
21. Mar'atush S.M.R
22. Putri Wahyuning C.P 
23. Ahmad Sholeh
24. Nurul Khoimah
25. Ulfah F.S.
26. Nurul Arifah
27. Rischa D.A
28. Vita F.Z
29. Deodora A.
30. Anggita N.N
31. Estima T.H
32. Ika Suryani S.
33. Elisa
34. Nuril I.
35. Desy 

Kamis, 27 September 2018

FILSAFAT PENDIDIKAN


Rendah Diri untuk Diri Sendiri dan Rendah Hati untuk Semua Orang

Pada mata kuliah Filsafat Pendidikan yang saya ikuti pada hari Selasa 25 September 2018 berlangsung menarik. Pada pertemuan kali ini Pak Aniq selaku dosen pengampu menyampaikan materi tentang cara berfikir. Salah satu hal yang membuat saya tertarik untuk mengulasnya kembali  yaitu tentang rendah diri untuk diri sendiri. Berbicara tentang rendah diri, rendah diri merupakan perasaan bahwa seseorang lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal. Perasaan itu muncul secara tidak sadar. Merasa ada suatu kekurangan dalam diri sendiri. Mengetahui dan mengakui kekurangan yang dimiliki merupakan salah satu cara untuk berdama dengan rasa rendah diri. Rendah diri untuk dirinya sendiri artinya mengakui kekurangan yang dimiliki hanya untuk konsumsi dirinya sendiri. Tidak perlu merendahkan diri dihadapan orang lain ataupun merendahkan orang lain.
Berbeda dengan rendah hati, rendah hati merupakan sifat tidak sombong, bukan berarti menutupi kelebihan yang dimiliki tapi cukup dewasa mengakui kekurangannya. Bersikap rendah hati ke semua orang merupakan salah satu unsur sikap dewasa. Menjadi pribadi yang rendah diri akan merasakan hidup lebih damai. Untuk tetap menjaga sikap rendah hati baiknya jadilah pribadi yang apa adanya didepan orang-orang yang Anda percaya, suka berbagi apa yang dapat Anda bagikan misalnya ilmu, menjadi pendengar yang baik, jangan pernah memandang lemah seseorang dan lain sebagainya. Mengakui kekurangan, dewasa dalam menyadari kelemahan, mau berbagi ilmu dengan orang yang lebih tidak tahu, mengakui bahwa Anda memerlukan bantuan orang lain adalah hal terindah yang bisa dilakukan sesorang dengan menerapkan sikap rendah hati.

Link Filsafat Pendidikan Kelas 7D
1. Khoiroma Aushof
2. Ardian Pahlevi
3. Ivan Zhayoga
4. Yuliana Puspitasari
5. Farida Widyastutik
6. Tegar Dheka P.
7. Elisa 
8. Dhanang Lukmantoro
9. Garda Perkasa
10. Intan Nurma P.
11. Ulfah Fitria S.
12. Riska Safitri
13. Putri Wahyuning C.P
14. Julian Indah
15. Istikholah
16. Nur Afida
17. Rista Kharisma
18. Dwi Novita
19. Dhita F.S
20. Rischa Dwi A.
21. Mar'atus Sholicah
22. Mas Amah Tul Islami
23. Estima Titi Hapsari
24. Deodora Adesita
25. Anggita Nurohmah N.
26. Nurul Arifah
27. Hanif Faizah
28. Nurul Khoimah
29. Nidha Nur Latifah
30. Lisa Ariyana Dewi
31. Izmia Kusumaningrum
32. Anditasari Dewi P.


Prinsip-Prinsip Kesadaran Manusia

Prinsip-Prinsip Kesadaran Manusia Berbica Pendidikan dan Pengajaran, Ki Hajar Dewantara memiliki prinsip-prinsip kesadaran manusia. An...